Pengangguran dan lapangan kerja yang sempit memicu
tumbuhnya premanisme, dibutuhkan pemimpin yang kuat dan cerdas untuk
memberantasnya, aksi para preman tumbuh subur di daerah yang pemimpinnya lemah.
Aksi gansir para jagoan - Aksi menggangsir proyek ternyata tak hanya
dilakukan oknum eksekutif dan legislatif, sejumlah elemen di masyarakatpun tak
ketinggalan ikut merasa berhak kecipratan manisnya uang proyek, berbagai modus
memeras para kontraktor dilakukan oleh oknum yang mengaku wartawan, LSM, KarangTaruna dan ormas.
Hamid (45), "saya pernah habis 4 juta
hanya buat 'koordinasi' dengan preman-preman untuk proyek yang nilainya hanya
150jt, puluhan orang yang mengaku gabungan dari beberapa LSM memaksa memberhentikan pekerjaan yg baru saja
dimulai, alasannya karena proyek tidak menggunakan pekerja warga
setempat", Hamid menambahkan bahwa dirinya tak kuasa menolak permintaan
para preman karena khawatir atas keselamatan pekerja dan alat berat sewaan
berupa finisher ashpalt dan tandem roller yang bernilai ratusan juta. Ketika
Pilar Republik bertanya kenapa tidak membuat laporan polisi saja, Hamid
menjawab singkat, "ribet..".
Pengalaman berbeda diceritakan Ade (nama
disamarkan), ia diminta uang Rp 2 juta oleh oknum wartawan, dalihnya untuk
sumbangan acara ulang tahun 'koran bulanan' mereka, ketika hanya diberi Rp 50
ribu sang oknum wartawan marah, lalu menuduh pekerjaannya tidak sesuai spek, ia
dianggap tidak menggunakan besi wire mesh pada proyek pembetonan jalan yang ia
kerjakan. Seteleh dijelaskan berulang-ulang bahwa proyek di Dinas Bina Marga
& Pengairan kabupaten Karawang tidak menggunakan wire mesh, lalu ditunjukkan
gambar proyek dan RAB-nya, sang wartawan tetap ngotot. Setelah kehabisan akal,
ia menyodorkan telpon selularnya kepada Ade sambil berkata, "ini pemred
saya mau bicara". Di ujung telepon terdengar suara galak sang ‘pemred’
mengancam, "saudara sudah berdusta, dimanapun namanya cor jalan harus
pakai wire mesh, saudara tidak kooperatif, jangan salahkan saya kalau besok
terbit di koran. Lalu jadi dasar KPK mengusut saudara". Ade tak bergeming,
ia tidak takut tudingan tak berdasar pemred gadungan, karena ia sudah bekerja
sesuai RAB dan gambar teknis.
Korban terbesar dari digangsirnya proyek dari
hulu ke hilir adalah masyarakat sebagai pengguna, para kontraktor yang tak mau
keuntungannya berkurang akhirnya mengurangi spek yang berakibat buruknya
kualitas jalan / bangunan. Tak heran banyak jalan dan bangunan yang rusak
sebelum waktunya.

0 komentar:
Post a Comment