![]() |
Wayang Betawi |
Inilah yang unik dari kesenian wayang kulit yang dipentaskan dalang Cilik Syopiyan.
Pementasan wayang tersebut umunya mempergunakan bahasa jawa, namun, Sopiyan berani tampil beda dengan setiap pementasannya menggunakan bahasa Betawi.Dan dirinya berani memproklamirkan sebagai budaya Betawi.
Walaupun tidak memiliki keluarga berdarah seni. Dalang cilik Sopiyan,yang kini sudah tumbuh menjadi remaja terus bertekad dan bercita-cita menjadi Dalang kesohor sekaligus ingin mengangkat Bekasi lewat seni. Remaja kelahiran Bekasi 21 September 1995 ini terus mempertahankan seni dengan bakat otodidak yang dimilikinya.
Berikut perjalanan kisah bocah murah seyum ini..!!
Di rumah sederhana semi permanen yang menjadi tempat berteduh Sopiyan bersama sang kakek Saran (70) dan nenek Usih (60), tawa lepas menyambut kehadiran PilarRepublik saat berkunjung ke rumah sederhana di Jl. Pulo Utama Kp. Kelapa Dua RT 04/09 Kelurahan Padurenan, akhir pekan kemarin.
Nampaknya remaja yang ditinggal sang ibu Sonah ( alm), sejak usia 2,5 tahun ini, kemarin baru saja membereskan perabotan mendalangnya. Puluhan wayang kulit dari sekitar 20 tokoh pewayangan yang dimilikinya berjejer di tiang rumah.
”Iya semalem habis mentas, wayangnya lagi dijemur supaya gak rapuh,” jelasnya sebelum masuk perbincangan serius .
.
Sampai saat ini tekad Sopiyan untuk mendalang tak pernah luntur. Mulai memasuki usia dewasa. dirinya masih bersikukuh untuk menjadi dalang yang bisa mengangkat nama Bekasi lewat keahliannya mendalang dengan mengunakan bahasa Betawi. ”Ini emang cita-cita saya dari usia 10 tahun. Alhamdulillah sekarang kesampean maunya ini terus dijalanin, ngebawa nama Bekasi, lewat wayang kulit Betawi pake logat Bekasi,” ungkap remaja yang kini suaranya sudah layaknya pria dewasa
Bulan ini hampir 8 sampai 10 kali dirinya bisa mementaskan keahliannya mendalang. Mulai dari acara Sedekah bumi, Pesta Rakyat, hingga pementasan acara warga, di wilayah Bekasi, Bogor, Jakarta hingga pementasan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Remaja yang hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar ini juga sudah pernah mendapat penghargaan serta tercatat sebagai anggota Persatuan Pedalang Indonesia (PEPADI), ia juga pernah mendapat piagam penghargaan atas perannya mengikuti workshop Wayang kulit Betawi 2009.
Beberapa prestasi pernah diraihnya seperti,Juara II lomba pembuatan wayang kulit Betawi tahun 2010 dan Juara I lomba pembuatan wayang kulit Betawi tahun 2011 di Museum Wayang yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga diraihnya. Adapun materi yang diujikannya adalah tentang pengetahuan wayang, bahan hingga praktek menata wayang kulit tersebut.
Sampai saat ini,Iyan (panggilan akrab Sopiyan) mengaku, puluhan wayang masih dibuatnya. Bila order sepi , ia masih juga disibukkan memperbaiki wayang yang rusak dari temen-teman seprofesinya sebagai dalang. Bukan hanya itu Iyan pun masih aktif membuat wayang-wayang untuk memenuhi koleksinya yang masih kurang.
”Kalau lagi kosong mentas,dirumah saja sambil bikin wayang, ada yang dipesen dari dalang juga, ada dari orang perumahan buat pajangan, biasanya hargannya dari Rp.150 ribu sampai Rp.250 ribu,” ungkap Sopiyan dengan logat Betawi.
Dari hasil mentas, serta pembuatan wayang kulit yang ditekuninya, kini ia mampu menjadi tulang punggung kakek dan neneknya, ia menjalaninya dengan ikhlas tanpa beban. Putra pertama dari bapak Kamin (38) seorang karyawan swasta ini mengaku selain mempunyai bakat otodidak ,dirinya sering melihat pentas seni wayang dari sejak kecil
Saat ini,Iyan memiliki group wayang kulit Betawi yang dinamakan Wayang Kulit Betawi Mekar Budaya, yang beranggotakan sekitar 15 Nayaga (personil- red). Mulai dari pemain gamelan hingga sinden yang dibentuknya dari tahun 2007 hingga saat ini.
Saat ini untuk sekali pentas dirinya mengaku mendapat bayaran sekitar Rp.2,5 juta hingga Rp.3juta, kemudian uang itu diberikannya kepada 15 nayaga. ” Kalau diluar, biasa segitu tapi kalau dengan tetangga mah kita yang penting bisa hibur masyarakat, sama bisa buat kasih nayaga,” jelasnya dengan logat khas Betawi. Ia mulai menggeluti pembuatan wayang dari Kardus, serta kaleng bekas. Serta pementasannya pun mulai dari rumah ke rumah.
”Saya pengen tetap pertahanin budaya wayang kulit betawi, pengennya juga bisa diperhatiin sama pemerintah Bekasi, supaya kebudayaan ini bisa terus dilestariin,” harapnya.
0 komentar:
Post a Comment