Thursday, October 16, 2014

Korupsi, Biang Keladi Rendahnya Serapan Anggaran


Serapan anggaran menjadi barometer kemampuan kerja pemerintah, rendahnya serapan anggaran menunjukkan rendahnya kinerja aparat negara. Selain kinerja yang rendah, ternyata tercium bau korupsi menyengat dibalik rendahnya serapan anggaran.

Serapan anggaran di mayoritas SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) jauh dari target yang dicanangkan, walaupun belum tutup buku dan belum diketahui akhir dari serapan yang dapat dicapai, namun kecaman dari berbagai pihak mulai bermunculan.

Aris Susanto, Ketua Bidang Investigasi  LPSE Watch menyampaikan, “tak disangka, korupsi berpengaruh sangat besar terhadap rendahnya serapan anggaran”.  Aris menunjukkan beberapa dokumen SPK, “perhatikan, ini SPK 3 perusahaan berbeda-beda, tapi ruas jalan yang ditangani sama, satu ruas jalan dipecah-pecah menjadi 3 paket proyek, ini akal bulus menghidari LPSE, walaupun pemenang LPSE bisa diatur, tetapi harga LPSE itu adalah harga paket penunjukan langsung (PL) yang dilelangkan, otomatis harga satuan proyek LPSE pasti lebih rendah”.

Peraturan Presiden (Perpres) 70 tahun 2012 mewajibkan seluruh SKPD melakukan lelang melalui LPSE apabila nilai paket proyeknya diatas Rp 200 juta, untuk menghindari ketentuan ini apabila ada proyek diatas Rp 200 juta maka oknum nakal akan memecahnya menjadi beberapapaket proyek, karena sudah menjadi rahasia umum di kalangan pemborong kalau bancakan LPSE persentasenya lebih rendah dibanding paket proyek penunjukan langsung / lelang non LPSE. Seperti yang telah ditunjukkan Aris Susanto kepada Pilar Republik, 1 ruas jalan senilai Rp 435 juta dipecah menjadi 3 paket proyek yang dilaksanakan oleh 3 kontraktor berbeda, masing-masing tiap paket proyek senilai Rp 145 juta, tentu nilai ini menjadi tak wajib LPSE karena dibawah Rp 200 juta.

Aris menambahkan, “kalau menggunakan tender LPSE ini hanya jadi 1 paket proyek, maka hanya membutuhkan 1 kontraktor, 1 dokumen kontrak, 1 pengawas, 1 Berita Acara dan lain-lain. Jika dipecah 3 paket, maka membutuhkan 3 kontraktor, 3 dokumen kontrak, 3 pengawas, 3 Berita Acara”.  Lanjut Aris, “Pengawas dan pegawai terkait lainnya menjadi kerja tiga kali lipat, tentu memakan waktu tiga kali lipat pula, pantas saja dari tahun ke tahun serapan anggaran selalu rendah!”.

Bahkan Aris mengaku mendapat informasi ada satu ruas jalan dipecah menjadi 4 paket proyek dengan 4 pemborong berbeda pula, “walaupun belum memperoleh data otentik, tapi saya sudah survei tempatnya,  ternyata benar 1 ruas dipecah jadi 4 paket proyek dan menurut warga setempat pelaksanaanya sangat lama karena jeda pengerjaan antar pemborong cukup lama.”

Maka alasan rendahnya serapan anggaran karena kurangnya pegawai menjadi terbantahkan oleh fakta-fakta tersebut.

Korupsi, Biang Keladi Rendahnya Serapan Anggaran Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment