Thursday, November 6, 2014

Parungsari Surganya Sentra Bisnis Kerajinan Bambu


Bambu merupakan pepohonan yang tumbuh subur di Indonesia. Kesan eksotis dan nuansa tropis akan terasa jika terdapat bambu disekitar kita. Dengan pertumbuhan yang cepat dan juga mampu tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, bambu sering dimanfaatkan orang untuk berbagai keperluan.

Budaya sunda memperlihatkan bambu sebagai suatu pohon yang sakral, pada jaman dahulu orang sunda menggunakan bambu sebagai alat untuk menolak bala dalam kegiatan mengolah lahan pertanian di sawah, orang sunda mencipta syair dan lagu sebagai persembahan terhadap Nyai Pohaci (Dewi Padi). Syair-syair yang didengungkan dalam perkembangannya disertai tumbukan bunyi antar batang bambu yang dibuat untuk Nyai Pohaci, sebagai perlambang dewi kesuburan.

Kabupaten Karawang mempunyai kawasan pohon bambu, yang dimanfaatkan warganya untuk menghasilkan kerajinan-kerajinan yang terbuat dari bambu. Tepatnya terdapat di Desa Parungsari Kecamatan Teluk Jambe Kabupaten Karawang. Disepanjang sungai Cibeet yang menjadi perbatasan antara Karawang dan Bekasi. Bambu menghias disepanjang sisi jalan. Masyarakatnya memanfaatkan potensi ini dengan membentuk home-home  industry kerajinan bambu. Tersebar di 4 Rukun Tetangga, masing-masing rumah mempunyai perkakas-perkakas untuk menghasilkan produk kerajinan dari bambu.

Dengan bahan baku yang melimpah, warga Parungsari dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan dari bambu seperti kursi, meja, lemari, kursi santai, bingkai foto, dinding rumah dan berbagai jenis lainnya. Namun kebanyakan pengrajin lebih banyak membuat kerajinan kursi dan meja. Bahan-bahan kerajinan bambu sengaja dibudidayakan oleh masyarakat desa Parungsari sebagai sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Pengrajin menggunakan bermacam-macam jenis bambu dalam pengolahannya.Untuk membuat kerajinan bambu dengan kualitas tinggi, pengrajin menggunakan bambu hitam sebagai bahan utamanya. Sedangkan untuk produk dengan kualitas sedang, pengrajin menggunakan bambu biasa. Pengrajin membeli bambu dari kebun bambu perorangan sebesar Rp.9000 per-batang. Untuk membuat satu set produk bambu yang berisi 2 kursi, 1 meja dan 1 kursi santai, pengrajin membutuhkan 5 batang bambu dengan tambahan paku dan pernis untuk memperhalus warna dari produk bambu tersebut. 

Membutuhkan waktu sehari untuk pengrajin menghasilkan satu set produk bambu tersebut. Produk yang sudah jadi kemudian dijual secara perorangan maupun borongan. Secara perorangan, harga yang diberikan sebesar Rp.200.000, sedangkan untuk borongan Rp.150.000. Setelah dijual pengrajin, harga bambu tersebut bisa melonjak tergantung yang menjualnya dipasaran.

Untuk mengembangkan usaha home industri ini, warga desa Parungsari diarahkan oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transportasi Kabupaten (Disnakertrans) Karawang agar lebih terarah produksi maupun distribusinya. Warga desa Parungsari telah beberapa kali dibina oleh Disnakertrans, baik secara pemahaman manajerial maupun tatacara menghasilkan produk yang berkualitas. Disnakertrans juga membantu dalam pengadaan modal.  Untuk bantuannya, desa Parungsari mendapat bantuan modal dari Disnakertrans sebesar Rp. 100 juta pertahun. Dana tersebut digunakan warga untuk membentuk home-home industri yang menghasilkan produk yang berkualitas dan diharapkan home-home industri ini dapat mandiri tanpa bantuan Disnakertrans lagi.

Solim, salah satu koordinator pengrajin home industri bambu di desa Parungsari mengatakan bahwa pihaknya telah beberapa kali menerima bantuan secara teknik produksi maupun bantuan modal. Kini Solim dengan 9 orang pengrajin yang tersebar di lima kepala keluarga, telah mampu secara mandiri menghasilkan produk-produk kerajinan bambu yang berkualitas.

“Kami berusaha untuk mandiri, namun kami juga membutuhkan perhatian pemerintah dalam mengembangkan potensi home-home industri ini, banyak pengrajin pemula yang membutuhkan modal, dan produk-produk kerajinan kami juga membutuhkan media promosi agar bisa berkembang,” jelasnya.

Solim dapat memperoleh omset dalam sehari sebesar Rp. 200.000. Solim mengaku omset tidak menentu tergantung pesanan yang didapatkannya. Omset yang didapat itu bisa melonjak tergantung pesanan, untuk borongan dalam jumlah besar Solim bisa mendapatkan omset  Rp.600.000 perhari. Namun Solim juga mengeluhkan tentang buruknya akses jalan maupun kurangnya kendaraan roda empat. Dirinya juga mengeluhkan tentang kenaikan harga bahan bakar minyak, yang membuat beberapa pengrajin sangat membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya.

Kurangnya media promosi membuat usaha home industri ini seperti jalan di tempat. Home-home industri di desa Parungsari juga membutuhkan pendidikan-pendidikan kewirausahaan dalam mengembangkan usahanya. Desa Parungsari yang cukup terpencil, membuat home-home industri ini minim informasi.

Untuk menuju kawasan home industri bambu ini, membutuhkan cukup kesabaran, karena akses jalan yang tidak terlalu bagus. Namun terlihat sepanjang jalan sedang dibangun jalan dengan menggunakan beton .

Produk-produk dari home-home industri desa Parungsari ini didistribusikan keseluruh daerah di Karawang dan wilayah Jabodetabek. Konsumen terbesar yaitu Villa, Restoran, Rumah-rumah budaya, Kolektor, maupun masyarakat biasa.

Parungsari Surganya Sentra Bisnis Kerajinan Bambu Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment